Posted by : aby Jumat, 27 September 2013



MA’RIFATULLAH:IMAN KEPADA HARI KIAMAT
DAN IAMAN KEPADA QODAR ALLAH SWT
DOSEN PENGAJAR:
KELOMPOK 8:
·        ABI SOFYAN


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN BK
SMESTER 1





Kata pengantar
Puji syukur kepada allah yang memberiakn kami nikmat sehat,yang karna nikmat sehat itu kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul”ma’rifatullah:iman kepada hari kiamat dan iman kepada qadar allah swt” Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi sehingga menghasilkan karya yang bisa kami persentasikan di depan teman-teman sekalian hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
            Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
















DAFTAR ISI












































بسم الله الرحمن الرحيم

56:1
{ إذا وقعت الواقعة } قامت القيامة .
Apabila terjadi hari kiamat,
56:2
{ ليس لوقعتها كاذبة } نفس تكذب بأن تنفيها كما نفتها في الدنيا .

tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
56:3
{ خافضة رافعة } أي هي مظهرة لخفض أقوام بدخولهم النار ولرفع آخرين بدخولهم الجنة .
 (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),

56:4
{ إذا رجت الأرض رجا } حركت حركة شديدة .
apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
56:5
{ وبست الجبال بسا } فتتت .

dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
56:6
{ فكانت هباءً } غبارا { منبثا } منتشرا، وإذا الثانية بدل من الأولى .
maka jadilah ia debu yang beterbangan,



Hikmah atau faedah yang dapat kita peroleh dari keyakinan dan kepercayaan kita kepada hari akhir atau hari kiamat, antara lain sebagai berikut. 
  • Kita yakin bahwa hidup di alam yang fana' dan singkat ini ada artinya, bukan cuma sekadar hidup, lalu mati, setelah itu habis perkara. Hidup di dunia ini ibarat berkebun. Apapun jenis buah yang kita tanam, kita akan memetik hasilnya. Jika kita berbuat kebaikan di dunia, maka kita akan memetik hasilnya di akhirat berupa kehidupan yang bahagia. Sebaliknya, jika sering berbuat kejahatan dan kemaksiatan di dunia, maka hasil yang kita petik di akhirat berupa kesengsaraan dan penderitaan yang amat berat. Karena kehidupan di akhirat ditentukan oleh amal perbuatan di dunia, maka selagi kita hidup di dunia hendaknya kita isi dengan beribadah kepada Allah swt. dan banyak berbuat kebaikan. 
  • Dan dari ayat di atas menjalasakan bahwa ketika hari kiamat itu terjadi maka tidak ada satu orang pun yang bisa berdusta atas kejadian itu dan akan ada beberapa golongan yang di rendah kan yaitu orang-orang yang tak beriman kepada allah swt dan para penghuni  neraka dan ada golongan yang di tinggi kan yaitu orang-orang yang beriman kepada alah swt,dan bahkan karna dahsyatnya hari kiamat iru gunung-gunung pun akan hancur karna kejadian itu dan menjadi debu yang berterbangan.
  • Dalam hidup, kita menjadi lebih yakin dan optimis untuk melakukan hal-hal yang terbaik. Kita lebih giat belajar dan bekerja agar memperoleh kebahagiaan di dunia. Jika kita bahagia, maka hidup kita akan tenang. Jika hidup kita tenang, maka kesempatan kita untuk beribadah dan melakukan kebajikan akan lebih besar. Dengan demikian, insya Allah kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Seandainya kita belum beruntung hidup di dunia, kita masih memiliki harapan untuk memperoleh keberuntungan di akhirat. Asalkan, kita bertaqwa kepada Allah swt. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia akan memberi kepada siapa saja yang meminta, walaupun seseorang itu tidak taat kepada perintah-Nya. Akan tetapi, Allah hanya menyayangi orang-orang yang beriman di akhirat kelak. 
  • Kita semakin terkondisikan berperilaku atau bersifat ikhlas dalam beramal. Karena pengadilan Allah adalah pengadilan yang maha adil, maka akan tumbuh dalam diri kita niat untuk ikhlas beramal. Di akhirat setiap orang diminta pertanggungjawaban masing-masing. Orang yang ikhlas ketika beribadah, ia tidak mengharapkan imbalan dari orang lain, kecuali ridha Allah swt. Orang yang ikhlas selalu giat bekerja meski diawasi orang lain ataupun tidak. 
  • Semakin berhati-hati, dan selalu berupaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Karena dengan meyakini akan adanya neraka, tempat orang-orang yang penuh dosa dan perbuatan maksiatnya melebihi amal baiknya, maka kita berusaha untuk menghindari tempat terkutuk itu. Orang yang tidak beriman kepada hari akhir, dia tidak mengetahui bahwa setelah mati akan ada kehidupan yang jauh lebih panjang daripada kehidupan di dunia, ia juga tidak yakin akan adanya neraka tempat penyiksaan orang-orang yang berdosa. Oleh sebab itu, dengan seenaknya mereka mengerjakan kemaksiatan.
  • iman kepada hari akhir
    Kehidupan akhirat adalah lanjutan dari kehidupan di dunia ini. Namun hari akhir sering disebut sebagai hari kiamat. Terdapat dua macam kiamat, diantaranya :
    1. Kiamat sugra (kiamat kecil) yang merupakan kehancuran, kematian, atau berakhirnya kehidupan setiap makhlukyang bernyawa. Firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Rahman : 26-27, yang artinya:
    “semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal”
    2. Kiamat kubra (kiamat besar) adalah peristiwa besar atau hancur binasanya alam semesta beserta isinya (makhluk) sebagai awal dimulainya kehidupan akhirat. Kiamat akan terjadi, namun tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Q.S Al-Araf : 187.
    Peristiwa setelah kiamat :
    1. Yaumul Ba’as : hari kebangkitan semua makhluk yang bernyawa setelah mengalami kematian atau kebinasaan dalam peristiwa kiamat. Q.S An-Nahl :38.
    2. Yaumul Mahsar : hari dimana semua manusia akan berkumpul pada suatu tempat yang sangat luas untuk diberi keputusan oleh Allah SWT menurut amalan yang dikerjakan ketika hidup di dunia. Q.S Al-An’am : 22
    3. Yaumul Hisab : hari perhitungan atas segala amal manusia selama hidup di dunia.
    Q.S Al-Haqqah : 25
    4. Mizan : timbangan amal
    5. Surga dan Neraka

بسم الله الرحمن الرحيم

4:78
{ أينما تكونوا يدرككُّم الموت ولو كنتم في بروج } حصون { مشيدة } مرتفعة فلا تخشوا القتال خوف الموت { وإن تصبهم } أي اليهود { حسنة } خصب وسعة { يقولوا هذه من عند الله وإن تصبهم سيئة } جدب وبلاء كما لهم عند قدوم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة { يقولوا هذه من عندك } يا محمد أي بشؤمك { قل } لهم { كل } من الحسنة والسيئة { من عند الله } من قبله { فمال هؤلاء القوم لا يكادون يفقهون } أي لا يقاربون أن يفهموا { حديثا } يُلقى إليهم وما استفهام تعجب من فرط جهلهم ونفي مقاربة الفعل أشد من نفيه .
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

iman kepada qadha dan Qadhar
Di samping perencanaan umum ilahi yang sebagian besarnya dapat dimengerti manusia, perencanaan khusus pun tergantung kepada Allah. Semua yang terjadi didunia adalah atas kehendak Allah, tak ada fenomena di mana pun yang terwujud tanpa kehendak Allah termasuk kematian manusia. Firman Allah SWT Q.S ali imran : 143, yang artinya :
“sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagian ketetapan yang tentu waktunya…”
Beriman kepada Qadar atau takdir berarti percaya bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh Allah SWT dengan tidak menghilangkan kewajiban berikhtiar sekuat tenaga. Orang diwajibkan berikhtiar sekuat tenaga, tetapi menyerahkan hasil usahanya kepada takdir ilahi.
Adapun takdir atau qadar adalah apa yang dijadikan oleh Allah sesuai dengan kadar (ketentuan) khusus yang telah dikehendaki dalam ilmu-Nya sesuai dengan qadha atau ketentuan-Nya. Dengan demikian, adanya qadha bersifat qadim. Akan tetapi, takdir Allah adalah baru. 

Tidak ada pertentangan di antara para ahli mengenai qadha dan takdir Allah yang tergolong akidah, yang kita diwajibkan mengimaninya. Tidak ada kebaikan atau kejahatan melainkan datangnya dari sisi Allah SWT. dan berdasar atas kudrat iradat-Nya. Dari Jabir ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda :

 لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ مِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ وَ حَتَّى يَعْلَمَ اَنَّ مَااَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئِهِ وَمَا اَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبِهِ٠ 

"Seorang hamba belum dapat dikatakan beriman sampai ia percaya kepada takdir yang baik maupun buruk. Sehingga ia dapat menyadari, bahwa apa yang menimpa dirinya sekali-kali takkan luput daripadanya dan apa yang terluput daripada dirinya sekali- kali takkan mengenainya." (HR. Tirmidzi) 

Imam Ali ra. meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda :

 لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعَةِ اُمُوْرٍ ׃ يَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَنِّى رَسُولُ اللهِ بَعَثَنِىْ بِالْحَقِّ وَ يُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ المَوْتِ ، وَ يُؤْمِنَ بِالْقَدْرِهِ وَشَرِّهِ وَحُلْوِهِ وَمُرِّهِ 

“Belum beriman seorang hamba, sehingga ia mengimani empat perkara:nmenyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasulullah, Dia telah mengutus aku dengan haq (kebenaran) dan agar ia (sang hamba) mengimani pula dengan takdir baik dan jahatnya serta manis dan pahitnya." 

Allah SWT. menciptakan kebaikan dan kejahatan (yang keduanya sudah ditakdirkan) sebagai perintah agar kita berbuat kebaikan dan meninggalkan tingkah laku buruk. Allah memberi kita alternatif berupa usaha (ikhtiar) di dalam mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya. 

Akan tetapi, rahasia takdir hanya kepunyaan Allah SWT. Apabila muncul rasa risih dan selalu bertanya-tanya, mengapa, bagaimana, haruskah, kesemuanya itu merupakan bisikan setan (was-was) yang menyelinap ke dalam hati manusia yang dinisbatkan (dikaitkan) kepada perbuatan Allah SWT. Akibatnya, kita akan terjebak untuk mengikuti perasaan yang nantinya masuk (tergelincir) kedalam perkara (yang) syirik 

Sebagaimana firman Allah : 

"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertakwa, seraya membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Namun, orang-orang yang bakhil (kikir) dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar." (Al Lail 5-7) 

Allah SWT. telah memberi bagian yang bersifat ikhtiari untuk dianugerahkan kepada manusia. 

Imam Muslim telah meriwayatkan bersumber dari Jabir ra., pada saat ia menanyakan kepada Rasulullah saw. :

 يَارَسُوْلَ اللهِ بَيِّنْ لَنَادِيْنَنَا كَأَنَّنَا خُلِقْنَا الأَنَ ٠ فَفِيْمَا الْعَمَلُ أَفِيْمَا جَفَّتْ بِهِ الاَقْلاَمُ وَجَرَّتْ بِهِ الْمَقَادِرِ اَمْ فِيْمَا يَسْتَقْبَلُ ؟ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ׃ اِعْمَلُوْا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ وَكُلٌّ عَامِلٌ بِعَمَلِهِ مُكَلَّفٌ٠ 

"Ya Rasulullah, terangkanlah kepada kami tentang Agama Islam, seolah-olah kami (baru saja) diciptakan pada saat ini, untuk apakah amalan itu? Apakah untuk pena-pena yang sudah mengering dan telah diberlakukan oleh takdir ataukah terhadap apa yang kami akan dapati kelak? Nabi saw. menjawab: Hendaklah kalian bekerja, maka setiap insan dimudahkan baginya terhadap apa yang diciptakan untuk dirinya dan setiap pekerja masing-masing dengan pekerjaannya terbebani." (HR. Muslim) 

Pernah Abdullah bin Thahir menanyakan kepada Al Husain bin Al Fadhel, katanya: "Telah menjadi suatu kemusykilan pada diriku tentang firman Allah SWT.:

"Setiap hari Dia (Allah) dalam urusan." (Ar Rahman 29) 

Dengan apa yang telah dijelaskan, bahwa pena-pena telah mengering terhadap apa yang sudah terjadi sampai hari kiamat. Al Husain menjawab: "Itu merupakan urusan yang dinyatakan (dengan jelas) atas kesesuaian qadha bagi Allah SWT dan bukan persoalan-persoalan yang akan dimulai (penciptaannya)." 

Meyakini (mengimani) akan qadha dan takdir Allah adalah sesuatu yang dijelaskan (qath'i) oleh berbagai dalil, bahkan fitrah manusia sendiri mengisyaratkan padanya. Sangatlah mudah bagi manusia untuk menyandang akal budi guna melihat sejenak pada setiap kejadian (sebab akibat) yang selalu mendampinginya sepanjang masa. Seorang yang menggunakan akalnya akan dapat melihat sisi dari sebab akibat yang terjadi di depannya ketimbang apa yang mengikutinya. Dan tiada yang lebih mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan datang kecuali Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Setiap sebab akibat, baik yang telah lalu maupun yang akan datang merupakan kesinambungan (rentetan) dari takdir yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Blogger templates

- Copyright © aby blog -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -